Istilah “bulu tangkis” lahir dalam kondisi terdesak. Masa ketika Jepang menjajah Indonesia pada 1942. Kala itu, pemerintah Nippon memerintahkan agar bahasa dan istilah yang berbau Barat dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Semua bidang harus menyesuaikan, baik dari langgam keilmuan hingga olahraga
Dalam sebuah rapat pengurus Ikatan Sport Indonesia (ISI) di Solo pada 1942, usulan penggantian istilah itu mengemuka dan mendapat dukungan peserta rapat. Ketua Umum ISI, Widodo Sastradiningrat, mengusulkan padanan istilah “bulu tangkis” sebagai pengganti “badminton”. Tanpa banyak perdebatan, peserta langsung menyetujui.
Kedua istilah, badminton maupun bulu tangkis, tetap tersimpan sebagai khazanah bahasa Indonesia. Namun istilah bulu tangkis seperti mengembalikan fitrahnya dari segi aktivitas permainan, yakni dilakukan dengan saling menepak bola bulu angsa, sekaligus terasa milik Indonesia.
Dalam kenyataannya, pada 1950-an hingga 1990-an Indonesia pernah mendominasi kejuaraan bulu tangkis dunia. Mulai dari merebut Piala Thomas dari juara bertahan Malaysia pada 1958, melahirkan para juara All England, meraih Uber, berbagai kejuaraan dunia, hingga olimpiade.
Beritagar.id percaya, sebagai bangsa, kita berutang pada bulu tangkis. Olah raga ini berperan besar dalam mengangkat nama Indonesia ketika kondisi negara belum kondusif. Bahkan pada momen-momen yang tidak terduga, bulu tangkis kerap memberikan kejutan.
Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali. Pada 1958, saat turnamen Piala Thomas di Singapura (saat itu bagian dari Malaysia) publik tidak menyangka bisa mengalahkan Malaysia--sang juara bertahan tiga kali berturut-turut. Tim bulu tangkis Indonesia memang tampil perdana pada ajang itu setelah resmi menjadi anggota IBF.
Kejutan itupun terjadi. Bulu tangkis Indonesia menggemparkan dunia saat Piala Thomas diraih. Media-media di Indonesia memberikan penghormatan dengan menjadikannya berita utama dalam halaman utamanya. Kemenangan itu datang pada saat dibutuhkan.
Pencapaian itu seperti mengubah pesimisme, saat negeri ini masih diselubungi rasa saling tidak percaya, dengan munculnya pemberontakan dari kelompok tertentu. Perolehan Piala Thomas itu, menggugah rasa percaya diri bangsa. Ternyata masih ada hari baik menunggu, kabar gembira di tengah suasana yang serba was-was.
Tapi tidak ada maksud untuk menyederhanakan persoalan atau menyepelekan prestasi cabang olah raga lain. Edisi bulu tangkis Indonesia hadir sebagai penghormatan dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas prestasi yang diraih sepanjang sejarah bangsa ini.
Kami juga tidak ingin terjebak pada romantisme masa lalu. Di balik kemenangan yang tertoreh dalam sejarah bulu tangkis Indonesia, ada sekumpulan pemain dari berbagai suku bangsa yang telah berjuang. Jasa mereka sangat layak mendapat penghargaan.
Memotret secara utuh perjalanan bulu tangkis Indonesia, merekam segala pencapaian, mengisahkan suka duka di balik setiap laga, dan menarik pelajaran dari sana, adalah salah satu bentuk penghargaan itu.
Data dalam situs mini Bulu tangkis ini berasal dari beragam sumber, di antaranya situs resmi olimpiade, induk organisasi bulu tangkis dunia IBF/BWF, catatan dan buku resmi terbitan PBSI atau klub di Indonesia, dan sejumlah data dari pihak otoritatif lainnya.
Perlu dimaklumkan, informasi yang tersedia di situs mini ini hanya dimaksudkan sebagai pengetahuan publik, bukan untuk kepentingan selain itu. Konsekuensi penggunaan materi dari situs ini, selain yang telah disebutkan, di luar tanggung jawab kami.
Sebagai situs dengan data bertumbuh, akurasinya terikat waktu terbit data yang digunakan. Data akan selalu dimutakhirkan seiring waktu dan peristiwa. Meski dikelola oleh tim data Beritagar.id, hak cipta data tidak dimiliki eksklusif, melainkan milik masing-masing penerbit data.
Harapan kami, catatan ini bisa jadi pelajaran berharga pada masa mendatang, bagi para penerus bangsa. Agar bangsa ini selalu ingat, bahwa prestasi bulu tangkis pernah dan tidak berjeda dalam memastikan Merah Putih berkibar pada ajang internasional.